BUDAYA |
KabarIndonesia - Kabupaten
Polewali Mandar atau Polman adalah salah satu daerah kabupaten di
wilayah Provinsi Sulawesi Barat. Daerah ini berbatasan dengan Kabupaten
Mamasa di sebelah utara, Kabupaten Pinrang di sebelah timur, Selat
Makassar di sebelah selatan, dan di sebelah baratnya berbatasan dengan
Kabupaten Majene. Daerah yang terdiri dari 16 kecamatan, 109 desa dan 23 kelurahan ini memendam sejumlah karya khas budaya lokal. Salah satunya adalah sarung sutera yang biasa disebut lipa' sabbe. Sarung ini merupakan kreasi khas penenun Mandar yang tak jarang dijadikan cindera mata atau oleh-oleh bagi orang yang berkunjung ke Kabupaten Polman. Sarung sutera Mandar banyak diproduksi oleh masyarakat penenun di Kecamatan Tinambung, Balanipa dan Kecamatan Campalagian. Sebagian menenun dengan cara tradisional dan sebagian lagi menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin atau ATBM. Pemerintah rupanya menyadari bahwa sarung sutera Mandar adalah karya lokal yang patut dilestarikan. Karenanya, masyarakat terus dibekali pelatihan untuk mengembangkan usaha pembuatan sarung sutera Mandar agar dapat meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Baru-baru ini, Balai Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal (BPPNFI) Regional V Makassar melalui Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kabupaten Polewali Mandar membekali masyarakat setempat tentang bagaimana cara menggunakan pewarna alam pada benang sutera. Dalam kegiatan yang antara lain digelar di Desa Pallis, Kecamatan Balanipa, Kabupaten Polman tersebut warga dilatih memanfaatkan daun dan kulit buah untuk mewarnai sutera seperti daun mangga, daun jati, kulit buah kakao dan lain-lain. Balai Industri Sutera Desa Samasundu, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar merupakan salah satu pusat tenun sarung sutera Mandar. “Balai ini beroperasi sejak tahun 2007, sekarang kader kami sudah mampu memproduksi empat meter kain sutera setiap hari,” kata Muhammad Djumadil, Instruktur sarung tenun sutera Polman. Menurut Djumadil, kain sutera yang diproduksi kadernya dijual antara 50.000 hingga 150.000 rupiah permeter. “Harganya tergantung corak yang digunakan, biasanya antara lima puluh sampai seratus lima puluh rupiah permeter,” katanya. Selain corak mandar yang berciri khas kotak-kotak, tiga motif lain yang juga kerap diincar konsumen di Balai Industri Tenun Sutera Mandar Samasundu adalah motif sure salaka (warna hitam), pangngulu (warna campuran) dan sure parara (warna merah). “Pelanggan kami tidak hanya berasal dari Mandar tapi juga dari luar Mandar seperti Makassar bahkan dari Jakarta,” ujar Djumadil. Di Kabupaten Polewali Mandar sendiri, sarung sutera Mandar biasanya dipakai pada pesta pernikahan atau acara adat setempat. Keberadaan sarung ini tentu saja menjadi bagian karya masyarakat lokal yang memperkaya keberagaman budaya di Indonesia. (*) |
Jumat, 20 Januari 2012
SENSASI KENIKMATAN IKAN ASAP TUING-TUING KHAS MANDAR
Diposting oleh Hasbullah -TPL 09-To mandar di 22.52Untuk menemukan penjual kuliner ikan asap Tuing-Tuing yang banyak di buru warga tersebut, tidaklah sulit. Jika anda kebetulan melewati jalur trans bagian barat Majene, Sulawesi Barat dan melihat deretan warung makan penuh kepulan asap seperti di Kelurahan Mosso Kecamatan Sendana, maka itulah warung makan ikan asap terbang atau yang lebih di kenal oleh warga suku Mandar dengan nama “Ikan Asap Tuing-Tuing”.
Ikan terbang atau ikan Tuing-Tuing kerap muncul dan gencar bertelur saat musim angin timur. Di luar musim angin timur, tidak ada satu pun ikan Tuing-Tuing yang bisa ditemukan. Ikan Tuing-Tuing banyak berkembang biak di selat makassar, mulai dari perairan selayar sampai perairan Kalimantan Timur. Belakangan ini tampak kecenderungan banyak nelayan berburu ikan Tuing-Tuing hingga ke perairan Papua (Fak-Fak).
Sebelumnya, usaha penjualan ikan asap ini hanya di kelola ibu-ibu nelayan secara tardisional. Mereka menawarkan ikan asap di sepanjang jalan pesisir pantai Majene. Usaha mereka pun semakin maju dengan banyaknya warung yang berjejer di sepanjang pantai, setelah Pemerintah setermpat membantu warga yang akan membuka usaha.
Sesuai namanya ikan asap Tuing-Tuing, proses memasaknya di lakukan dengan cara pengasapan tanpa mengunakan api. Ikan terbang segar yang baru saja di tangkap nelayan, terlebih dahulu dicuci bersih, kemudian ditata di atas pelepah daun kelapa di atas tungku berbahan bakar kayu kering yang biasa dipungut dari pinggir pantai.
Pengasapan ikan tidak butuh waktu terlalu lama. Jika warna kulit ikan sudah mulai berubah dan kulit ikan terbang ini mulai mengeras, maka ikan pun siap di sajikan.
Ikan asap yang segar ini akan semakin nikmat di lidah, jika di makan dengan Jeppa, makanan khas suku mandar dari ubi kayu dan ketupat serta sambal yang pedas. Ikan asap pun sebaiknya dihidangkan saat hangat.
Karena namanya yang terkenal, tak jarang, banyak pelancong yang melewati wilayah ini pasti mampir penasaran untuk menikmati ikan asap Tuing-Tuing. Selain karena bisa di makan di warung ini, ikan asap pun bisa di bawa pulang menjadi oleh-oleh bagi keluarga.
Soal harga, anda tak perlu kwahatir, di somba, ikan terbang asap adalah yang paling murah. Setiap porsi berisi sepuluh ekor ikan, dihargai Rp 5.000. Sementara ikan terbang yang sudah di keringkan harganya berkisaran Rp 30.000 hingga Rp 40.000 per 100 ekor. Menarik kan?
Polman, Sulbar (ANTARA News) - Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat ditetapkan sebagai pusat pengembangan industri kakao melalui seleksi kompetensi inti industri nasional.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Polman, Kallang Marsuki di Polman, Kamis, mengatakan bahwa pengembangan industri kakao di Polman akan semakin pesat sebab dari lima kabupaten di Sulbar, hanya Polman yang ditunjuk mengembangkan industi kakao.
"Kami patut berbangga, Sulbar yang merupakan produsen kakao terbesar di Indonesia, akhirnya ditunjuk sebagai wilayah pengembangan industri kakao, selain Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan yang juga diarahkan mengembangkan kompetensi inti industri kakao ini," ujarnya.
Selain memiliki potensi perkebunan kakao yang cukup memadai di banding kabupaten lain di Sulbar maupun Sulsel, Kallang mengakui, Polman juga telah menyediakan sarana dan prasarana pendukung pengembangan industri kakao tersebut melalui kemitraan pengusaha lokal.
Bahkan, lanjutnya, Disperindag telah mendidik puluhan tenaga penyuluh yang siap mengarahkan pengelolaan industri tersebut agar berbagai jenis produksi yang dihasilkan dari pengembangan industri kakao tersebut memiliki kualitas yang tidak kalah bersaing dengan mutu internasional.
"Setelah kami mengembangkan industri pengolahan kakao ini, ke depan akan menghasilkan berbagai jenis bahan baku cokelat setengah jadi yang selanjutnya bisa mendukung beberapa sektor usaha lain seperti usaha coklat, roti, serta beberabagai jenis usaha yang menggunakan bahan dasar cokelat," jelasnya.
Dikatakan, saat ini Disperindak tengah menunggu sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang sebelumnya telah mendapat sertifikat layak dari segi kesehatan maupun standar mutu dari pemerintah pusat.
Menurut Kallang, jika sertifikat halal telah diterbitkan, Disperindag segera memaksimalkan produksi coklat untuk didistribusikan kepada beberapa pasar nasional yang telah siap memasok bahan baku pembuatan coklat ini.
Bukan hanya melalui kemitraan pengusaha lokal, Disperindag juga melakukan kemitraan dengan pengusaha asal China melalui pembangunan pabrik pengolahan kakao berskala besar untuk pengembangan mutu coklat agar bisa bersaing dengan pasar internasional.
"Upaya yang kami lakukan tentunya tidak hanya dirasakan langsung oleh pemerintah, melainkan beberapa elemen juga akan sangat diuntungkan seperti petani kakao yang tidak lagi kesulitan mendistribusikan hasil produksinya," ungkapnya.
Selain itu, lanjutnya, dengan dilakukannya pengembangan industri kakao ini, akan semakin menyerap banyak tenaga kerja lokal yang bisa menekan jumlah pengangguran di Polman maupun pada beberapa kabupaten lain di Sulbar, sebab industri dasar ini akan mendorong pengembangan industri lainnya. (T.PSO-284/S016)
Langganan:
Postingan (Atom)